AKHLAK MULIA
A. Pengertian Akhlak
Menurut Imam
Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin, mendefinisikan akhlak sebagai
berikut:
"Akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa, yang darinya timbul perbuatan dengan mudah
tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan."
Dari
pengertian akhlak di atas dapat dikatakan bahwa apabila seseorang pada dirinya
telah tertanam akhlak yang baik seperti sifat dermawan akan melahirkan
perbuatan gemar memberi tanpa merasa berat hati. Contoh, sifat sabar bisa
melahirkan sifat maaf.
Dalam
hadis di atas Rasulullah saw menjelaskan bahwa sebaik-baik orang Muslim adalah
yang baik akhlaknya dan mulia sifatnya. Oleh sebab itu, mempelajari tauhid
harus juga disertai dengan memahami akhlak. Karena pada dasarnya dalam islam
lebih mengutamakan akhlak. Dengan keselarasan antara tauhid dan akhlak,
maka tidak akan muncul ungkapan : “Sudah belajar agama tapi kok durhaka kepada
orang tua?” atau “Dia itu pengetahuan agamanya luas tapi tidak peduli pada
tetangga.” Jadi antara tauhid dan akhlak harus berjalan selaras, karena kedua
aspek tersebut saling memberi pengaruh. Tauhid yang kuat melahirkan akhlak yang
mulia, dan akhlak yang mulia memperkuat keimanan seseorang.
Dalam
hal bertauhid dan berakhlak mulia, Rasulullah SAW adalah panutan terbaik bagi
setiap orang yang beriman. Karena akhlak Rasulullah SAW mendapat pujian
langsung dari Allah SWT, sebagaimana yang terdapat dalam QS.Al-Qalam ayat 4
berikut:
Artinya:
Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlak yang agung (al-Qalam : 4).
B. Hadis tentang Akhlak
1.
Hadis
I:
Dari Abu Hurairah ra, dia berkata, Rasulullah
saw bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling
baik akhlaknya“ (HR. Abu Daud.
Dari hadis di atas, dapat disimpulkan bahwa
akhlak menentukan tingkat kesempurnaan iman seseorang. Artinya bahwa akhlak
yang baik memberi peluang untuk meningkatkan keimanan seseorang. Sebaliknya,
akhlak yang buruk juga memberi kontribusi yang besar untuk menurunkan bahkan
menghilangkan iman dari diri seseorang.
2.
Hadis
II:
Artinya:
Abu
Darda berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda: tidak ada sesuatu yang
diletakkan diatas timbangan amal (di akhirat) yang lebih berat dari akhlak yang
baik (HR Turmudzi).
Dalam
hadis lain disebutkan bahwa “Kejujuran itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan
itu membawa kepada surga.” Begitu juga dengan akhlak, akhlak yang baik membawa
kepada keimanan, dan keimanan yang meningkat membawa kepada surga. Bahkan
disebutkan dalam hadis di atas, timbangan amal baik paling berpengaruh adalah
bersumber dari akhlak yang mulia.
3. Hadis III:
Artinya:
Dari
Jabir, sesungguhnya Rasulullah bersabda “Bahwasanya orang yang paling aku
cintai diantara kalian dan yang paling dekat tempatnya denganku pada hari
kiamat adalah yang paling baik akhlaknya (HR Turmudzi)
Hadis
di atas menjadi jaminan bahwa orang yang akhlaknya paling baik adalah orang
yang paling dicintai oleh Rasul dan akan bersama Rasulullah SAW nanti di hari
Kiamat.
4. Hadis IV:
Artinya:
Abu
Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat
menjangkau semua orang (memuaskan mereka) dengan pemberian hartamu, tetapi kamu
akan dapat menyenangkan semua orang dengan roman muka yang ramah dan akhlak
yang baik (HR Bazzar).
Untuk
menjadi orang yang dicintai oleh Rasul dan membersamai beliau di akhir nanti
tidak dengan harta benda berlimpah, akan tetapi hal-hal istimewa itu dapat
diperoleh dengan membuat orang senang dengan bersikap ramah dan akhlak yang
baik.
5. Hadis V:
Artinya:
Dari
Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Ahmad).
Dalam
riwayat lain:
Sesungguhnya
aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.
Hadis
di atas menjelaskan tentang tujuan Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT. Yaitu
untuk menyempurnakan akhlak manusia.
6. Hadis VI:
Artinya:
“Bertakwalah kepada Allah dimanapun engkau berada dan iringilah
perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya, kebaikan itu akan menutupi
kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR Tirmidzi).
Hadis di atas adalah solusi atau jalan lurus yang harus dijadikan
pedoman untuk mencapai tujuan hakiki hidup. Yaitu bergaul dengan akhlak yang
baik dengan siapa pun. Karena tidak akan merugi orang yang berakhlak baik
meskipun tidak diikuti oleh orang lain dengan perbuatan yang sama.
C. Matan Hadis Akhlak
Dalam hadis terdiri dari 3 komponen,
yaitu:
1. Sanad
Secara Bahasa sanad artinya yang
menjadi sandaran, tempat bersandar, atau sesuatu yang dapat dipegangi atau
dipercaya. Menurut ahli hadis sanad adalah jalan yang menyampaikan kepada matan
hadis, atau mata rantai para periwayat hadis yang menghubungkan sampai ke matan
hadis.
Contoh Sanad:
عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم
2. Matan
Matan secara bahasa berarti sesuatu
yang keras dan tinggi (terangkat) dari bumi (tanah). Sedangkan secara
terminologi, matan berarti, sesuatu yang berakhir padanya (terletak sesudah)
sanad, yaitu berupa perkataan.
Contoh pada hadis berikut:
Dalam Hadis tersebut, matannya adalah:
إِنَّكُمْ لَنْ تَسَعُواالنَّاسَ بِأَمْوَالِكُمْ وَلكِنْ يَسَعُهُمْ مِنْكُمْ بَسْطُ اْلوَجْهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ
atau dalam hadis lain:
Matan dari hadis di atas adalah:
إِنَّ مِنْ أَحَب كُمْ إِ لَيَّ
وَأَقْرَبِكُمْ مِن ي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا
3. Rawi
Rawi yaitu: orang yang memindahkan
hadis dari seorang guru kepada orang lain atau membukukannya ke dalam suatu
kitab hadis.
Contoh rawi :
)رواه البزار(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar