Rabu, 25 September 2019

BAHAN AJAR PAI DAN BP KELAS VII SEMESTER 1 BAB 5


SELAMAT DATANG NABI MUHAMMAD SAW KEKASIHKU


Satuan Pendidikan      : SMP N 5 Batukliang
Kelas/Semester           : 7/ I
Mata Pelajaran            : PAI dan BP
Materi                         : Selamat Datang Nabi Muhammad SAW Kekasihku
Alokasi Waktu            : 6 x 40 menit (dua kali pertemuan)


A.    Kompetensi Dasar:
1.11          Menghayati perjuangan Nabi Muhammad saw. dalam periode Makkah dalam menegakkan risalah Allah Swt
2.12          Meneladani perjuangan Nabi Muhammad saw. periode Makkah
3.11          Memahami sejarah perjuangan Nabi Muhammad saw. Periode Makkah
4.11          Menyajikan strategi perjuangan yang dilakukan Nabi Muhammad saw. periode Makkah

B.    Indikator
1          Menceritakan sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW
2          Menceritakan sejarah masa remaja kelahiran Nabi Muhammad saw
3     Menunjukkan contoh perjuangan dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad saw. periode Mekah
4         Menjelaskan perjuangan yang dilakukan Nabi Muhammad saw. periode Mekah
5         Menjelaskan strategi dakwah Rasulullah saw.
6.    Menunjukkan contoh perilaku meneladani perjuangan Nabi Muhammad saw. periode Mekah
C.   Materi Pembelajaran
1.      Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW sampai usia remajanya
       Nabi Muhammad saw. lahir pada hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal bertepatan dengan tanggal 20 April 571 Masehi. Nabi Muhammad saw. lahir dalam keadaan yatim. Ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib wafat saat Nabi Muhammad saw. Masih berusia 6 bulan di dalam kandungan ibunya, Siti Aminah. Saat bayi, Nabi Muhammad saw. diasuh oleh Halimah Sa‘diyah dari Bani Saad, Kabilah Hawazin. Di perkampungan bani Saad inilah Nabi diasuh dan dibesarkan sampai usia 5 tahun. 
      Saat Nabi Muhammad saw. memasuki usia 6 tahun, ibunya wafat. Ia pun diasuh oleh kakeknya, Abdul Muththalib. Kakeknya adalah seorang pemuka Quraisy yang sangat disegani. Nabi Muhammad saw. mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang sangat besar dari sang kakek. Sayang, hanya dua tahun Nabi diasuh kakeknya. Abdul Muthalib meninggal saat Nabi Muhammad saw. berusia 8 tahun. Selanjutnya, Nabi Muhammad saw. diasuh oleh pamannya, Abu Thalib sampai menginjak remaja.
      Sejak diasuh oleh pamannya, Nabi Muhammad saw. berkembang sebagai seorang anak yang mulai menginjak masa remaja. Di situlah Nabi Muhammad saw. diperkenalkan oleh pamannya bagaimana cara menjalani hidup. Nabi Muhammad saw. mulai mencari pekerjaan sebagai buruh di usianya yang baru sepuluh tahun agar dapat menghidupi dirinya sendiri. Mulailah ia menjadi penggembala ternak milik orang lain di daerah gurun Mekah yang sangat panas. Ia makan dari tumbuhan liar yang terdapat di gurun.
      Di gurun pasir itulah ia menghayati arti kehidupan. Kesulitan hidup, kesendirian, dan rasa tanggung jawab menjadikannya lebih matang daripada usianya. Sang paman melihat kecerdasan dan kematangan keponakannya, maka pada usia 12 tahun, Nabi Muhammad saw. diperkenalkan kepada ilmu perniagaan. Nabi Muhammad saw. yang masih remaja pun turut serta dalam pengelolaan ekonomi pamannya. Ia sudah ikut membawa barang dagangan yang diambil dari majikannya, Siti Khadijah. Hampir 3 tahun Nabi Muhammad saw. Mengikuti pamannya untuk menjajakan barang dagangannya. Ketika kafilah dagang mereka sampai di kota Basra di wilayah Syria Besar, seorang pendeta terkenal di masa itu, Buhairah, menghampiri Abu Thalib dan mengatakan, “Aku mengenali anak muda ini sebagai sosok yang kelak akan dinobatkan sebagai rahmat bagi semesta alam. Hal ini telah tertulis jelas dalam kitab-kitab kami.” Buhairah selanjutnya menyarankan kepada Abu Thalib, “Lindungi anak muda ini dari orang-orang Yahudi, lebih baik bawa ia kembali ke Mekah.” Abu Thalib pun menuruti saran pendeta tersebut.
      Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad saw. mulai berdagang sendiri tanpa bantuan pamannya. Ia mengambil sendiri barang dagangannya dan memasarkannya. Ketika berdagang, Nabi Muhammad saw. sangat jujur, tidak pernah membohongi para pembelinya dan tidak mengambil keuntungan yang terlalu besar, selalu berkata sopan, ramah, dan penuh kasih sayang.
      Jadi, keberhasilan usaha dagang Nabi Muhammad saw. itu disebabkan oleh pribadi mulia berikut ini.
a.       Berpendirian teguh
b.      Memiliki semangat kerja yang tinggi
c.       Memiliki kejujuran yang luar biasa
d.      Menjunjung tinggi amanah atau kepercayaan yang diberikan orang lain
e.       Mampu menghadapi segala cobaan dan rintangan dalam perjalanan
f.        Menyamakan pelayanan terhadap para pembeli
g.      Memiliki sifat percaya diri
            h.   Menampilkan keramahan dan kesopanan, serta kasih sayang kepada siapa saja 
      Kejujuran, perilaku santun, kesopanan berbicara, kerja keras, dan kecerdasan Nabi Muhammad saw. merebut hati setiap orang, termasuk Siti Khadijah. Pertama-tama ia meminta Nabi Muhammad saw. untuk memasarkan barang dagangannya ke Syria.
      Hasilnya luar biasa. Itulah yang membuat Siti Khadijah tertarik dan akhirnya menikah dengan Nabi Muhammad saw. Mereka dikaruniai 7 orang anak, yaitu: Ibrahim, Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummi Kultsum dan Fatimah.

2.     Sejarah Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul
      Nabi Muhammad saw. merasakan keresahan atas perilaku yang dialami oleh masyarakat Arab yang sudah jauh dari nilai-nilai kebenaran. Kemudian, Nabi Muhammad saw. melakukan uzlah (mengasingkan diri) di Gua Hira. Hal ini dilakukan oleh beliau berkali-kali. Maka tepat pada tanggal 17 Ramadan tahun ke-40 dari kelahirannya, Nabi didatangi Jibril dan menerima wahyu pertama Q.S. al-Alaq/96: 1-5

      “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

      Wahyu pertama inilah yang menandakan bahwa Nabi Muhammad saw. dipilih dan diangkat Allah Swt. untuk menjadi utusan-Nya atau Rasul. Setelah wahyu pertama ini Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara Nabi Muhammad saw. terus menantikan wahyu berikutnya dan selalu datang ke Gua Hira. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu kedua, yaitu Q.S. al-Muddatstsir/74: 1-7.

      “Wahai orang yang berkemul (berselimut)! Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan agungkanlah Tuhanmu. an bersihkanlah pakaianmu. Dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji. dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan karena Tuhanmu, bersabarlah. (Q.S. al-Muddassir/74:1-7)

3.      Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah
       Dengan turunnya wahyu yang kedua, yaitu Q.S. al-Muddatstsir/74: 1-7, Rasulullah saw. mulai berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Nabi mengajak orang-orang yang terdekat dengannya. Tujuannya, agar mereka lebih dulu percaya kepada seruannya dan mengikutinya. Tempat yang beliau pilih untuk berdakwah adalah rumah al Arqam bin Abil Arqam al Akhzum.
      
      Orang-orang yang pertama kali memeluk Islam atau yang dikenal as-Sabiqun al-Awwalun adalah Siti Khadijah, Abu Bakar, Ali bin Abi Talib, Zaid bin Harisah, dan Ummu Aiman. Selain yang tersebut di atas, berkat bantuan Siti Khadijah dan Abu Bakar Siddiq, dari hari ke hari bertambahlah orang-orang yang beriman kepada seruan beliau, baik pria maupun wanita.

      Sahabat pria yang kemudian segera beriman adalah: Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Abdullah bin Mas’ud, Ammar bin Yasir, Yasir (bapak Amar), Sa’ad bin Zaid, Amir bin Abdullah, Usman bin Madlun, Qudamah bin Madlun, Abdullah bin Madlun, Khalid bin Sa’ad, Sa’ad bin Abi Waqqas, Thalhah bin Ubaidillah, Arqam bin Abil Arqam, Ja’far bin Abi Thalib, Khabab bin Al Art, Bilal bin Rabah, Abi Dzarim Al Ghafary, Abμ Salamah, ‘Imran bin Hasyim, Hasyim (bapak Imran), Amr bin Sa’d, dan ‘Ubaidah bin Al-Haris.
     
      Sementara itu, para wanitanya adalah: Shafiyyah binti Abdil Muthallib, Lubabah Ummul Fadhal binti Haris, Ummu Salamah (istri Abu Salamah), Asma binti Abu Bakar, Asma binti Amies (istri Ja’far), Ratimah binti Khattab, Summiyah (Ibu Ammar).
      
      Setelah Nabi Muhammad saw. berdakwah secara sembunyi-sembunyi, maka turunlah wahyu yang ketiga, yaitu Q.S. al-Hijr/15: 94-95:

      “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu).” ( Q.S. al-Hijr/15: 94-95).

      Kemudian Nabi Muhammad saw. menerima wahyu lagi:
   
      Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. (Q.S. asy-Syuara/26: 214-215).

      Setelah Rasulullah saw. menerima wahyu tersebut, beliau mulai berdakwah secara terang-terangan. Pertama-tama, Nabi mengumpulkan seluruh sanak keluarganya di kaki Gunung Safa untuk mengajak mereka beriman kepada Allah Swt. Akan tetapi, salah seorang pamannya, Abu Lahab, bersikap sinis dan tidak mau menerima dakwah Rasulullah saw.

      Banyak cara yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy untuk menghambat dakwah Rasul, di antaranya mencoba menyuruh pamannya Abu Thalib untuk menghentikan dakwah keponakannya itu. Namun, Nabi Muhammad menolak dan mengatakan, “Demi Allah, Meskipun seluruh anggota keluarga mengucilkanku, aku akan terus berdakwah menyebarkan ajaran Islam.” 

      Kegagalan kafir Quraisy untuk menghambat dakwah Rasul, menjadikan mereka semakin marah dan emosi. Budak-budak mereka yang masuk Islam dibunuh dan disiksa. Seluruh pengikut Nabi selalu diancam dan diteror agar menolak ajakan Nabi Muhammad saw. 

      Abu Jahal, paman Nabi Muhammad saw. menyewa orang Yahudi untuk mengejek dan mencaci maki Nabi dengan harapan ia berhenti berdakwah. Akan tetapi, justru akhirnya si Yahudi itu masuk Islam karena keluhuran akhlak Nabi.

      Setelah Kafir Kuraisy gagal melakukan tekanan, mereka menawarkan harta benda, wanita, dan pangkat agar Nabi mau meninggalkan dakwahnya. Kaum Quraisy mengutus Utbah bin Rabiah untuk menawarkan hal-hal tersebut. Utbah mengatakan: “Hai Muhammad! Jika kau menginginkan kekayaan, saya sanggup menyediakannya. Jika kau menginginkan pangkat yang tinggi, saya sanggup mengangkatmu menjadi raja. Jika kau menginginkan seorang wanita cantik, saya sanggup mencarikannya dengan syarat kau berhenti melanjutkan dakwahmu. Nabi Muhammad saw. tidak tertarik pada tawaran itu dan terus berdakwah.

      Setelah kafir Quraisy gagal lagi, akhirnya mereka memboikot Nabi Muhammad saw. Bani Muthallib, dan Bani Hasyim. Karena pemboikotan ini, umat Islam terkurung di celah-celah kota Mekah bernama Syiib. Pemboikotan berlangsung selama tiga tahun dimulai pada tahun ketujuh kenabian. Isi pemboikotan itu ditulis dalam selembar surat yang berisi:

      1.    Kaum Quraisy tidak akan menikahi orang Islam.
 2.    Kaum Quraisy tidak menerima permintaan nikah dari orang Islam.
 3.    Kaum Quraisy tidak akan melakukan jual-beli dengan orang Islam.
 4.    Kaum Quraisy tidak akan berbicara ataupun menengok orang Islam yang sakit.
 5.    Kaum Quraisy tidak akan mengantar mayat orang Islam ke kubur.
6. Kaum Quraisy tidak akan menerima permintaan damai dengan orang Islam dan menyerahkan Muhammad untuk dibunuh.

Undang-undang pemboikotan itu digantung di dinding Ka’bah. Penulisnya bernama Manshur bin Ikrimah. Setelah tiga tahun, undang-undang tersebut rusak karena dimakan rayap. Kemudian, undang-undang tersebut dirobek oleh Zubair bin Umayyah, Hisyam bin Amr, Muth’im bin Adi, Abu Bakhtari bin Hisyam, dan Zama’ah bin Al-Aswad. Mereka merasa kasihan dengan siksaan kaumnya kepada Bani Hasyim dan Bani Muthallib.

4.      Strategi Dakwah Nabi Muhammad SAW
    Nabi Muhammad saw. Berdakwah dalam dua periode, yaitu: Periode Mekah dan Periode MadinahProses dakwah Nabi saw. di Mekah berlangsung selama 13 tahun (3 tahun dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan 10 tahun secara terang-terangan). Sedangkan dakwah di Madinah berlangsung selama 10 tahun, terhitung mulai dari hijrah Nabi saw. ke Madinah sampai beliau wafat.

      a.    Dakwah Secara Sembunyi-sembunyi
           Pada mulanya, Nabi Muhammad saw. memulai kegiatan dakwahnya secara sembunyi- sembunyi dengan harapan tidak menimbulkan kecurigaan dari kaum Quraisy Mekah. Pada mulanya beliau hanya menyeru kepada keluarga inti dan beberapa kerabat dekatnya. Pada tahap ini, Nabi saw. hanya menyampaikan beberapa ajaran dasar dari agama Islam. Inti ajaran tersebut mencakup tiga hal, yaitu: pertama, keesaan Tuhan; kedua, penghapusan patung-patung berhala; dan ketiga, kewajiban manusia untuk beribadah ritual dan sosial untuk mencari keridaan Allah swt. semata.
          Dakwah secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama tiga tahun. Dalam jangka waktu tersebut, mula-mula Nabi Muhammad saw. dan beberapa sahabatnya hanya berhasil membentuk sebuah kelompok kecil (umat Islam). Sampai akhirnya turun wahyu yang mengharuskan beliau menyampaikan dakwah secara terang-terangan. Allah swt. berfirman:

      "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman." (Asy-Syu'ara: 214).

      a.    Dakwah Secara Terang-terangan
          Nabi Muhammad saw. mengumpulkan orang-orang dari Bani Al-Muthalib dan Bani Abdi Manaf, jumlah mereka yang hadir pada pertemuan tersebut sekitar 45 orang. Beliau bermaksud menyampaikan dakwah Islam dalam pertemuan tersebut, namun belum sempat berbicara, Abu Lahab sudah menyela terlebih dahulu seraya berkata, "Mereka yang hadir di sini adalah paman-pamanmu beserta anak-anaknya, maka bicaralah jika ingin berbicara, dan tidak perlu bersikap kekanak-kanakan. Ketahuilah, bahwa tidak ada orang Arab yang berani mengernyitkan dahi terhadap kaummu. 
      
       Dengan begitu aku berhak menghukummu. Biarkanlah urusan keluarga bapakmu. Jika engkau tetap bertahan pada urusanmu ini, maka akan lebih mudah bagi seluruh kabilah Quraisy untuk menerkammu dan semua bangsa Arab ikut campur tangan dalam urusanmu. Karena sesungguhnya engkau tidak pernah melihat seseorang dari mereka yang pernah berbuat macam-macam seperti yang engkau perbuat saat ini." Mendengar ucapan Abu Lahab tersebut, Nabi Muhammad saw. hanya diam dan tidak berkata sepatah kata pun.           

          Pada kesempatan lain, Nabi Muhammad saw. mengundang mereka untuk kedua kalinya. Saat itulah beliau bersikap lebih mantap dan bersabda, "Segala puji bagi Allah dan aku memuji-Nya, memohon pertolongan, percaya dan tawakal kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya. Sesungguhnya seorang pemandu itu tidak akan mendustakan keluarganya. Demi Allah yang tiada tuhan selain Dia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian secara khusus dan kepada manusia secara umum. Demi Allah, kalian benar-benar akan mati layaknya sedang tidur nyenyak dan akan dibangunkan lagi layaknya bangun tidur. Kalian akan benar-benar dihisab (dihitung amal perbuatannya) terhadap apa pun yang kalian perbuat. Lalu di sana ada surga yang abadi dan neraka yang abadi pula.
       
          Mendengar ucapan Nabi, Abu Thalib berkata, "Kami tidak suka menolongmu, menjadi penasehatmu dan membenarkan perkataanmu. Orang-orang yang menjadi keluarga bapakmu ini sudah bersepakat. Aku hanyalah segelintir orang di antara mereka. Namun, akulah orang pertama yang mendukung apa yang engkau sukai. Maka lanjutkanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Demi Allah, aku senantiasa akan menjaga dan melindungimu, namun aku tidak mempunyai pilihan lain untuk meninggalkan agama Bani Abdul Muthalib". Kemudian Abu Lahab berkata, "Demi Allah, ini adalah kabar buruk. Ambillah tindakan kepada dirinya sebelum orang lain yang melakukannya." Abu Thalib kembali berkata, "Demi Allah, kami akan tetap melindunginya selama kami masih hidup.
          
          Setelah Abu Thalib mengeluarkan pernyataan sekaligus jaminan untuk senantiasa menjaga keselamatan beliau, maka Nabi Muhammad saw. semakin berani melakukan dakwah secara terang-terangan. Di samping itu, secara langsung maupun tidak langsung, pernyataan Abu Thalib tersebut merupakan dukungan atas kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Tidak lama setelah pertemuan tersebut, perlahan-lahan tapi pasti semakin banyak penduduk Mekah yang memeluk agama Islam. Perkembangan ini mendorong Nabi Muhammad saw. untuk menampakkan kegiatan dakwahnya secara formal dan terang-terangan. Oleh karena itu, pada suatu kesempatan, beliau mengundang seluruh penduduk Mekah ke Bukit Shafa untuk mendengarkan khutbahnya. Dalam khutbahnya, Nabi menyampaikan inti ajaran agama Islam yang dibawanya dan menegaskan bahwa dirinya adalah utusan Allah. Oleh sebab itu, beliau mengajak mereka kepada agama tauhid (mengesakan Allah) serta beriman kepada risalahnya dan juga kepada hari akhir (hari kiamat).

         Setelah itu, reaksi keras datang dari pembesar Quraisy, Abu Lahab. Setelah mendengar khutbah beliau, Abu Lahab marah dan berkata, "Celakalah engkau wahai Muhammad untuk selama-lamanya, untuk inikah engkau mengumpulkan kami semua di sini?" Setelah ucapan tesebut keluar dari mulut Abu Lahab, Allah swt. berfirman yang artinya: "Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia! Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka). Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal." (QS. Al-Lahab: 1-5).
           
          Gertakan dan ejekan Abu Lahab ketika beliau menyampaikan dakwahnya di Bukit Shafa tersebut tidak membuat semangat dakwah Nabi Muhammad saw. surut apalagi berniat menghentikan kegiatan dakwah. Sebaliknya, dengan turunnya surah Al-Lahab di atas, beliau semakin gigih, bersemangat dan gencar dalam berdakwah. Seruan beliau terus bergema di pelosok kota Mekah, hingga kemudian turun QS. Al-Hijr Ayat 94:
    
    "Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik." (Al-Hijr: 94).

          Ayat tersebut di atas semakin mengukuhkan posisi Muhammad sebagai seorang rasul utusan Allah guna menyampaikan risalahnya secara tegas dan terang-terangan, serta menentang perbuatan orang kafir Mekah.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belajar Dari Rumah

MEMAKSIMALKAN BELAJAR DARI RUMAH DALAM KETERBATASAN BDR atau belajar dari rumah muncul sebagai respon atas wabah Covid-19 yang melan...