SELAMAT
DATANG NABI MUHAMMAD SAW KEKASIHKU
Satuan Pendidikan : SMP N 5 Batukliang
Kelas/Semester :
7/ I
Mata Pelajaran :
PAI dan BP
Materi : Selamat Datang Nabi Muhammad SAW
Kekasihku
Alokasi Waktu :
6 x 40 menit (dua kali pertemuan)
A.
Kompetensi
Dasar:
1.11
Menghayati
perjuangan Nabi Muhammad saw. dalam periode Makkah dalam menegakkan risalah
Allah Swt
2.12
Meneladani
perjuangan Nabi Muhammad saw. periode Makkah
3.11
Memahami
sejarah perjuangan Nabi Muhammad saw. Periode Makkah
4.11
Menyajikan
strategi perjuangan yang dilakukan Nabi Muhammad saw. periode Makkah
B. Indikator
1 Menceritakan sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW
2 Menceritakan sejarah masa remaja kelahiran Nabi Muhammad saw
3 Menunjukkan contoh perjuangan dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad saw. periode Mekah
4 Menjelaskan perjuangan yang dilakukan Nabi Muhammad saw. periode Mekah
5 Menjelaskan strategi dakwah Rasulullah saw.
6. Menunjukkan contoh perilaku meneladani perjuangan Nabi Muhammad saw. periode Mekah
C. Materi Pembelajaran
1.
Sejarah
Kelahiran Nabi Muhammad SAW sampai usia remajanya
Nabi Muhammad saw. lahir pada hari
Senin, 12 Rabi’ul Awwal bertepatan dengan tanggal 20 April 571 Masehi.
Nabi Muhammad saw. lahir dalam keadaan yatim. Ayahnya, Abdullah bin Abdul
Muthalib wafat saat Nabi Muhammad saw. Masih berusia 6 bulan di dalam kandungan
ibunya, Siti Aminah. Saat bayi, Nabi Muhammad saw. diasuh oleh Halimah Sa‘diyah
dari Bani Saad, Kabilah Hawazin. Di perkampungan bani Saad inilah Nabi
diasuh dan dibesarkan sampai usia 5 tahun.
Saat Nabi Muhammad saw. memasuki usia
6 tahun, ibunya wafat. Ia pun diasuh oleh kakeknya, Abdul Muththalib. Kakeknya
adalah seorang pemuka Quraisy yang sangat disegani. Nabi Muhammad saw.
mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang sangat besar dari sang kakek.
Sayang, hanya dua tahun Nabi diasuh kakeknya. Abdul Muthalib meninggal saat
Nabi Muhammad saw. berusia 8 tahun. Selanjutnya, Nabi Muhammad saw. diasuh oleh
pamannya, Abu Thalib sampai menginjak remaja.
Sejak diasuh oleh pamannya, Nabi
Muhammad saw. berkembang sebagai seorang anak yang mulai menginjak masa remaja.
Di situlah Nabi Muhammad saw. diperkenalkan oleh pamannya bagaimana cara
menjalani hidup. Nabi Muhammad saw. mulai mencari pekerjaan sebagai buruh di
usianya yang baru sepuluh tahun agar dapat menghidupi dirinya sendiri. Mulailah
ia menjadi penggembala ternak milik orang lain di daerah gurun Mekah yang
sangat panas. Ia makan dari tumbuhan liar yang terdapat di gurun.
Di gurun pasir itulah ia menghayati
arti kehidupan. Kesulitan hidup, kesendirian, dan rasa tanggung jawab
menjadikannya lebih matang daripada usianya. Sang paman melihat kecerdasan dan
kematangan keponakannya, maka pada usia 12 tahun, Nabi Muhammad saw.
diperkenalkan kepada ilmu perniagaan. Nabi Muhammad saw. yang masih remaja pun
turut serta dalam pengelolaan ekonomi pamannya. Ia sudah ikut membawa barang
dagangan yang diambil dari majikannya, Siti Khadijah. Hampir 3 tahun Nabi
Muhammad saw. Mengikuti pamannya untuk menjajakan barang dagangannya. Ketika
kafilah dagang mereka sampai di kota Basra di wilayah Syria Besar, seorang pendeta
terkenal di masa itu, Buhairah, menghampiri Abu Thalib dan mengatakan, “Aku
mengenali anak muda ini sebagai sosok yang kelak akan dinobatkan sebagai rahmat
bagi semesta alam. Hal ini telah tertulis jelas dalam kitab-kitab kami.”
Buhairah selanjutnya menyarankan kepada Abu Thalib, “Lindungi anak muda ini
dari orang-orang Yahudi, lebih baik bawa ia kembali ke Mekah.” Abu Thalib pun
menuruti saran pendeta tersebut.
Pada usia 25 tahun, Nabi Muhammad
saw. mulai berdagang sendiri tanpa bantuan pamannya. Ia mengambil sendiri
barang dagangannya dan memasarkannya. Ketika berdagang, Nabi Muhammad saw.
sangat jujur, tidak pernah membohongi para pembelinya dan
tidak mengambil keuntungan yang terlalu besar, selalu berkata
sopan, ramah, dan penuh kasih sayang.
Jadi, keberhasilan usaha dagang Nabi Muhammad
saw. itu disebabkan oleh pribadi mulia berikut ini.
a. Berpendirian teguh
b. Memiliki semangat kerja yang tinggi
c. Memiliki kejujuran yang luar biasa
d. Menjunjung tinggi amanah atau kepercayaan yang diberikan
orang lain
e. Mampu menghadapi segala cobaan dan rintangan
dalam perjalanan
f.
Menyamakan
pelayanan terhadap para pembeli
g. Memiliki sifat percaya diri
h. Menampilkan keramahan dan kesopanan, serta kasih sayang
kepada siapa saja
Kejujuran, perilaku santun, kesopanan
berbicara, kerja keras, dan kecerdasan Nabi Muhammad saw. merebut hati setiap
orang, termasuk Siti Khadijah. Pertama-tama ia meminta Nabi Muhammad saw. untuk
memasarkan barang dagangannya ke Syria.
Hasilnya luar biasa. Itulah yang
membuat Siti Khadijah tertarik dan akhirnya menikah dengan Nabi Muhammad saw.
Mereka dikaruniai 7 orang anak, yaitu: Ibrahim, Qasim, Abdullah, Zainab,
Ruqayyah, Ummi Kultsum dan Fatimah.
2. Sejarah
Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul
Nabi Muhammad saw. merasakan
keresahan atas perilaku yang dialami oleh masyarakat Arab yang sudah jauh dari
nilai-nilai kebenaran. Kemudian, Nabi Muhammad saw. melakukan uzlah (mengasingkan
diri) di Gua Hira. Hal ini dilakukan oleh beliau berkali-kali. Maka tepat pada
tanggal 17 Ramadan tahun
ke-40 dari kelahirannya, Nabi didatangi Jibril dan menerima wahyu pertama Q.S.
al-Alaq/96: 1-5
“Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahamulia. Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.”
Wahyu pertama inilah yang menandakan
bahwa Nabi Muhammad saw. dipilih dan diangkat Allah Swt. untuk menjadi utusan-Nya
atau Rasul. Setelah wahyu pertama ini Jibril
tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara Nabi Muhammad saw. terus
menantikan wahyu berikutnya dan selalu datang ke Gua Hira. Dalam keadaan
menanti itulah turun wahyu kedua, yaitu Q.S. al-Muddatstsir/74: 1-7.
“Wahai orang yang berkemul
(berselimut)! Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan agungkanlah Tuhanmu. an
bersihkanlah pakaianmu. Dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji. dan
janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang
lebih banyak. Dan karena Tuhanmu, bersabarlah. (Q.S. al-Muddassir/74:1-7)
3.
Dakwah
Nabi Muhammad SAW di Mekah
Dengan turunnya wahyu yang kedua,
yaitu Q.S. al-Muddatstsir/74: 1-7, Rasulullah saw. mulai berdakwah
secara sembunyi-sembunyi. Nabi mengajak orang-orang yang terdekat dengannya.
Tujuannya, agar mereka lebih dulu percaya kepada seruannya dan mengikutinya.
Tempat yang beliau pilih untuk berdakwah adalah rumah al Arqam bin Abil Arqam
al Akhzum.
Orang-orang yang pertama kali memeluk
Islam atau yang dikenal as-Sabiqun al-Awwalun adalah
Siti Khadijah, Abu Bakar, Ali bin Abi Talib, Zaid bin
Harisah, dan Ummu Aiman. Selain yang tersebut di atas, berkat bantuan Siti
Khadijah dan Abu Bakar Siddiq, dari hari ke hari bertambahlah orang-orang yang
beriman kepada seruan beliau, baik pria maupun wanita.
Sahabat pria yang kemudian segera
beriman adalah: Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf,
Abdullah bin Mas’ud, Ammar bin Yasir, Yasir (bapak Amar), Sa’ad bin Zaid, Amir
bin Abdullah, Usman bin Madlun, Qudamah bin Madlun, Abdullah bin Madlun, Khalid
bin Sa’ad, Sa’ad bin Abi Waqqas, Thalhah bin Ubaidillah, Arqam bin Abil Arqam,
Ja’far bin Abi Thalib, Khabab bin Al Art, Bilal bin Rabah, Abi Dzarim Al
Ghafary, Abμ Salamah, ‘Imran bin Hasyim, Hasyim (bapak Imran), ’Amr bin
Sa’d, dan ‘Ubaidah bin Al-Haris.
Sementara itu, para wanitanya adalah:
Shafiyyah binti Abdil Muthallib, Lubabah Ummul Fadhal binti Haris, Ummu Salamah
(istri Abu Salamah), Asma binti Abu Bakar, Asma binti Amies (istri Ja’far), Ratimah
binti Khattab, Summiyah (Ibu Ammar).
Setelah Nabi Muhammad saw. berdakwah
secara sembunyi-sembunyi, maka turunlah wahyu yang ketiga, yaitu Q.S.
al-Hijr/15: 94-95:
“Maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu)
dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara
daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu).” ( Q.S. al-Hijr/15:
94-95).
Kemudian Nabi
Muhammad saw. menerima wahyu lagi:
Dan berilah peringatan kepada
kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang
yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. (Q.S. asy-Syuara/26:
214-215).
Setelah
Rasulullah saw. menerima wahyu tersebut, beliau mulai berdakwah secara
terang-terangan. Pertama-tama, Nabi mengumpulkan seluruh sanak keluarganya di
kaki Gunung Safa untuk mengajak mereka beriman kepada Allah Swt. Akan
tetapi, salah seorang pamannya, Abu Lahab, bersikap sinis dan tidak mau
menerima dakwah Rasulullah saw.
Banyak
cara yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy untuk menghambat dakwah
Rasul, di antaranya mencoba menyuruh pamannya Abu Thalib untuk menghentikan
dakwah keponakannya itu. Namun, Nabi Muhammad menolak dan mengatakan, “Demi
Allah, Meskipun seluruh anggota keluarga mengucilkanku, aku akan terus
berdakwah menyebarkan ajaran Islam.”
Kegagalan
kafir Quraisy untuk menghambat dakwah Rasul, menjadikan mereka semakin
marah dan emosi. Budak-budak mereka yang masuk Islam dibunuh dan disiksa.
Seluruh pengikut Nabi selalu diancam dan diteror agar menolak ajakan Nabi
Muhammad saw.
Abu
Jahal, paman Nabi Muhammad saw. menyewa orang Yahudi untuk mengejek dan mencaci
maki Nabi dengan harapan ia berhenti berdakwah. Akan tetapi, justru akhirnya si
Yahudi itu masuk Islam karena keluhuran akhlak Nabi.
Setelah
Kafir Kuraisy gagal melakukan tekanan, mereka menawarkan harta benda, wanita,
dan pangkat agar Nabi mau meninggalkan dakwahnya. Kaum Quraisy mengutus Utbah
bin Rabiah untuk menawarkan hal-hal tersebut. Utbah mengatakan: “Hai Muhammad!
Jika kau menginginkan kekayaan, saya sanggup menyediakannya. Jika kau
menginginkan pangkat yang tinggi, saya sanggup mengangkatmu menjadi raja. Jika
kau menginginkan seorang wanita cantik, saya sanggup mencarikannya dengan
syarat kau berhenti melanjutkan dakwahmu. Nabi Muhammad saw. tidak tertarik
pada tawaran itu dan terus berdakwah.
Setelah
kafir Quraisy gagal lagi, akhirnya mereka memboikot Nabi Muhammad saw. Bani
Muthallib, dan Bani Hasyim. Karena pemboikotan ini, umat Islam terkurung di
celah-celah kota Mekah bernama Syiib. Pemboikotan berlangsung selama tiga tahun
dimulai pada tahun ketujuh kenabian. Isi pemboikotan itu ditulis dalam selembar
surat yang berisi:
1.
Kaum
Quraisy tidak akan menikahi orang Islam.
2.
Kaum
Quraisy tidak menerima permintaan nikah dari orang Islam.
3.
Kaum
Quraisy tidak akan melakukan jual-beli dengan orang Islam.
4.
Kaum
Quraisy tidak akan berbicara ataupun menengok orang Islam yang sakit.
5.
Kaum
Quraisy tidak akan mengantar mayat orang Islam ke kubur.
6. Kaum
Quraisy tidak akan menerima permintaan damai dengan orang Islam dan menyerahkan
Muhammad untuk dibunuh.
Undang-undang
pemboikotan itu digantung di dinding Ka’bah. Penulisnya bernama Manshur bin
Ikrimah. Setelah tiga tahun, undang-undang tersebut rusak karena dimakan rayap.
Kemudian, undang-undang tersebut dirobek oleh Zubair bin Umayyah, Hisyam bin
Amr, Muth’im bin Adi, Abu Bakhtari bin Hisyam, dan Zama’ah bin Al-Aswad. Mereka
merasa kasihan dengan siksaan kaumnya kepada Bani Hasyim dan Bani Muthallib.
4.
Strategi Dakwah Nabi
Muhammad SAW
Nabi
Muhammad saw. Berdakwah dalam dua
periode, yaitu: Periode Mekah dan Periode Madinah. Proses dakwah Nabi saw. di
Mekah berlangsung selama 13 tahun (3 tahun dilakukan secara sembunyi-sembunyi
dan 10 tahun secara terang-terangan). Sedangkan dakwah di Madinah berlangsung
selama 10 tahun, terhitung mulai dari hijrah Nabi saw. ke Madinah sampai beliau
wafat.
a. Dakwah Secara
Sembunyi-sembunyi
Pada
mulanya, Nabi Muhammad saw. memulai kegiatan dakwahnya secara sembunyi- sembunyi
dengan harapan tidak menimbulkan kecurigaan dari kaum Quraisy Mekah. Pada
mulanya beliau hanya menyeru kepada keluarga inti dan beberapa kerabat
dekatnya. Pada tahap ini, Nabi saw. hanya menyampaikan beberapa ajaran dasar
dari agama Islam. Inti ajaran tersebut mencakup tiga hal, yaitu: pertama,
keesaan Tuhan; kedua, penghapusan patung-patung berhala; dan ketiga, kewajiban
manusia untuk beribadah ritual dan sosial untuk mencari keridaan Allah swt.
semata.
Dakwah
secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama tiga tahun. Dalam jangka waktu
tersebut, mula-mula Nabi Muhammad saw. dan beberapa sahabatnya hanya berhasil
membentuk sebuah kelompok kecil (umat Islam). Sampai akhirnya turun wahyu yang
mengharuskan beliau menyampaikan dakwah secara terang-terangan. Allah swt.
berfirman:
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang
terdekat dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang
mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman."
(Asy-Syu'ara: 214).
a. Dakwah Secara Terang-terangan
Nabi Muhammad saw.
mengumpulkan orang-orang dari Bani Al-Muthalib dan Bani Abdi Manaf, jumlah
mereka yang hadir pada pertemuan tersebut sekitar 45 orang. Beliau bermaksud
menyampaikan dakwah Islam dalam pertemuan tersebut, namun belum sempat
berbicara, Abu Lahab sudah menyela terlebih dahulu seraya berkata, "Mereka
yang hadir di sini adalah paman-pamanmu beserta anak-anaknya, maka bicaralah
jika ingin berbicara, dan tidak perlu bersikap kekanak-kanakan. Ketahuilah,
bahwa tidak ada orang Arab yang berani mengernyitkan dahi terhadap kaummu.
Dengan begitu aku berhak menghukummu. Biarkanlah urusan
keluarga bapakmu. Jika engkau tetap bertahan pada urusanmu ini, maka akan lebih
mudah bagi seluruh kabilah Quraisy untuk menerkammu dan semua bangsa Arab ikut
campur tangan dalam urusanmu. Karena sesungguhnya engkau tidak pernah melihat
seseorang dari mereka yang pernah berbuat macam-macam seperti yang engkau
perbuat saat ini." Mendengar ucapan Abu Lahab tersebut, Nabi Muhammad saw.
hanya diam dan tidak berkata sepatah kata pun.
Pada kesempatan lain, Nabi
Muhammad saw. mengundang mereka untuk kedua kalinya. Saat itulah beliau
bersikap lebih mantap dan bersabda, "Segala puji bagi Allah dan aku memuji-Nya,
memohon pertolongan, percaya dan tawakal kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa tiada
tuhan selain Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya. Sesungguhnya seorang
pemandu itu tidak akan mendustakan keluarganya. Demi Allah yang tiada tuhan
selain Dia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian secara khusus
dan kepada manusia secara umum. Demi Allah, kalian benar-benar akan mati
layaknya sedang tidur nyenyak dan akan dibangunkan lagi layaknya bangun tidur.
Kalian akan benar-benar dihisab (dihitung amal perbuatannya) terhadap apa pun yang kalian
perbuat. Lalu di sana ada surga yang abadi dan neraka yang abadi pula.
Mendengar ucapan Nabi, Abu
Thalib berkata, "Kami tidak suka menolongmu, menjadi penasehatmu dan
membenarkan perkataanmu. Orang-orang yang menjadi keluarga bapakmu ini sudah
bersepakat. Aku hanyalah segelintir orang di antara mereka. Namun, akulah orang
pertama yang mendukung apa yang engkau sukai. Maka lanjutkanlah apa yang
diperintahkan kepadamu. Demi Allah, aku senantiasa akan menjaga dan
melindungimu, namun aku tidak mempunyai pilihan lain untuk meninggalkan agama
Bani Abdul Muthalib". Kemudian Abu Lahab berkata, "Demi Allah, ini
adalah kabar buruk. Ambillah tindakan kepada dirinya sebelum orang lain yang
melakukannya." Abu Thalib kembali berkata, "Demi Allah, kami akan
tetap melindunginya selama kami masih hidup.
Setelah Abu Thalib
mengeluarkan pernyataan sekaligus jaminan untuk senantiasa menjaga keselamatan
beliau, maka Nabi Muhammad saw. semakin berani melakukan dakwah secara
terang-terangan. Di samping itu, secara langsung maupun tidak langsung,
pernyataan Abu Thalib tersebut merupakan dukungan atas kegiatan dakwah yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Tidak lama setelah pertemuan tersebut,
perlahan-lahan tapi pasti semakin banyak penduduk Mekah yang memeluk agama
Islam. Perkembangan ini mendorong Nabi Muhammad saw. untuk menampakkan kegiatan
dakwahnya secara formal dan terang-terangan. Oleh karena itu, pada suatu
kesempatan, beliau mengundang seluruh penduduk Mekah ke Bukit Shafa untuk
mendengarkan khutbahnya. Dalam khutbahnya, Nabi menyampaikan inti ajaran agama
Islam yang dibawanya dan menegaskan bahwa dirinya adalah utusan Allah. Oleh
sebab itu, beliau mengajak mereka kepada agama tauhid (mengesakan Allah) serta
beriman kepada risalahnya dan juga kepada hari akhir (hari kiamat).
Setelah
itu, reaksi keras datang dari
pembesar Quraisy, Abu Lahab. Setelah mendengar khutbah beliau, Abu Lahab marah
dan berkata, "Celakalah engkau wahai Muhammad untuk selama-lamanya, untuk
inikah engkau mengumpulkan kami semua di sini?" Setelah ucapan tesebut
keluar dari mulut Abu Lahab, Allah swt. berfirman yang artinya: "Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia!
Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan
masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka). Dan (begitu pula) istrinya, pembawa
kayu bakar (penyebar fitnah). Di lehernya ada tali dari sabut yang
dipintal." (QS. Al-Lahab: 1-5).
Gertakan dan ejekan Abu Lahab ketika beliau
menyampaikan dakwahnya di Bukit Shafa tersebut tidak membuat semangat dakwah
Nabi Muhammad saw. surut apalagi berniat menghentikan kegiatan dakwah.
Sebaliknya, dengan turunnya surah Al-Lahab di atas, beliau semakin gigih,
bersemangat dan gencar dalam berdakwah. Seruan beliau terus bergema di pelosok
kota Mekah, hingga kemudian turun QS.
Al-Hijr Ayat 94:
"Maka
sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik." (Al-Hijr: 94).
Ayat tersebut di atas semakin
mengukuhkan posisi Muhammad sebagai seorang rasul utusan Allah guna
menyampaikan risalahnya secara tegas dan terang-terangan, serta menentang
perbuatan orang kafir Mekah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar