BAHAYA DAN CIRI-CIRI MUNAFIK
Secara harfiah, kata munafik berasal dari
kata نفق yang salah satu artinya adalah lubang tikus
di dalam tanah, yang memiliki dua pintu, pintu pertama terlihat dan pintu kedua
tidak terlihat. Tikus itu bisa masuk dari pintu yang terlihat dan keluar lewat
pintu yang tidak terlihat. Begitu pula seorang munafik yang masuk islam tetapi
dia keluar melalui pintu yang tersembunyi. Secara etimologi, munafik adalah
orang yang menyembunyikan aqidah kekafirannya dan menampakkan keimanannya
secara lahiriyah dengan kata-kata. Berbeda dengan fasik, sifat tersebut
berarti orang yang memiliki keimanan dan ketakwaan dan telah bersaksi akan
kebenaran ajaran islam tetapi tidak mengamalkannya.
A. Hadis tentang Ciri-ciri Munafik
Rasulullah SAW menunjukkan ciri-ciri sifat munafik sebagaimana
dalam sabdanya berikut ini:
"Dari Abu Hurairah,
bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika
berbicara dia dusta, jika berjanji dia ingkar, dan jika dipercaya dia
berkhianat" (HR. Muslim).
Berdasarkan hadis
tersebut, ciri-ciri orang munafik adalah:
1. Dusta/ bohong
dalam perkataan; apa yang dikatakan tidak sesuai dengan kenyataan sesungguhnya.
2. Ingkar janji;
padahal janji adalah hutang, maka jika tidak menepati janji sama halnya dengan
menabung hutang.
3. Berkhianat; tidak
bisa dipercaya dan orang yang memiliki sifat demikian akan kehilangan
kepercayaan dari orang lain.
Abdullah bin Umar berkata, Rasulullah saw bersabda: “Ada empat
sifat, apabila keempatnya terdapat pada diri seseorang, jadilah dia munafik
tulen, dan siapa yang pada dirinya terdapat satu sifat darinya, maka dia
memiliki satu sifat kemunafikan; jika berbicara dusta, jika membuat
kesepakatan, dia meninggalkannya, jika berjanji dia ingkar, dan jika bersenagketa
melampaui batas”.(HR. Muslim).
Dalam hadis sebelumnya diuraikan tiga ciri-ciri orang munafik. Dan
di hadis yang kedua, ciri-ciri orang munafik ada 4 yaitu:
1. Apabila berkata maka dia akan berkata bohong/ dusta
2. Jika membuat satu janji atau kesepakatan dia akan mengingkari
janjinya
3. Bila diberi kepercayaan/ amanat maka dia akan mengkhianatinya
4. Bersengketa/bermusuhan melampau batas/berlebihan.
B. Contoh Perbuatan Munafik
1. Dusta
Dusta adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang lain.
Maka ketika seseorang berkata tidak jujur kepada orang lain, ia telah memiliki
satu ciri orang munafik.
Contoh: menerima telpon lalu ia mengatakan orang yang dicari sedang
tidak ada di rumah, padahal orang ada.
Dari contoh di atas terlihat sepele, tetapi bisa merembet
dusta-dusta lainnya. Sesuai pepatah رأس الذ نوب الكذب pangkal dari dosa-dosa adalah dusata.
Karena Rasulullah SAW memperingatkan umatnya untuk menjauhi dusta, karena dusta
membawa kepada fujur (dosa), fujur membawa kepada neraka (HR. Muslim).
2. Ingkar Janji
Perjanjian itu kesepakatan yang dibuat bersama dengan orang lain.
Ketika kesepakatan itu tidak dilaksanakan maka hal itu disebut ingkar janji. Menepati
janji adalah hal penting, karena dalam kesepakatan yang dibuat dengan komitmen
tinggi menentukan tingkat ketercapaian apa yang direncanakan dalam sebuah
kesepakatan.
3. Khianat
Khianat adalah perbuatan yang paling berat sanksinya di masyarakat.
Selain tidak dipercaya lagi, ia akan dikucilkan di oleh masyarakat tempatnya
tinggal. Bahkan hukumannya bisa lebih berat lagi ketika seseorang yang menjabat
di pemerintahan melakukan pengkhiatan (korupsi misalnya), maka penjara akan
menjadi tempat tinggalnya.
4. Melampaui Batas
Permusuhan atau sengketa bisa saja terjadi antara sesama muslim
atau antara muslim dengan non muslim. Tidak dibenarkan permusuhan atau sengketa
terjadi sampai melampui batas, apalagi sampai menyebarkan fitnah, menyebarkan
aib orang lain. Karena hal itu dapat merusak sendi-sendi kehidupan
bermasyarakat. Dalam kondisi tersebut (permusuhan dan sengketa) kita diajarkan
untuk tetap berlaku adil, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. AL-Maidah ayat
8 berikut:
وَلَا
يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ
لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya:
“Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
Dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
C. Perbedaan Munafik Aqidah dan Munafik Perbuatan
Munafik Aqidah adalah munafik
dalam hal keimanan atau keyakinan. Misalnya orang mengatakan dirinya beriman
kepada Allah swt dengan lisan, akan tetapi dalam hatinya ia mengingkari apa
yang dikatakannya. Dalam sejarah, sebagaimana menurut Al-Turmudzi, orang-orang
munafik pada zaman Rasulullah SAW menyatakan keimanan mereka tetapi mereka
berdusta, mereka diberi amanat untuk menjalankan agama tetapi mereka
mengingkarinya.
Sedangkan munafik perbuatan
adalah munafik dalam tingkah laku maupun perkataan dalam kehidupan sehari-hari
yang tidak terkait dengan aqidah, akan tetapi menyerupai perbuatan munafik.
D. Cercaan Terhadap Orang Munafik
Dalam al-Qur’an terdapat satu surat yang terdiri dari 11 ayat yaitu
Al-Munafiqun. Dalam surat tersebut 8 ayat di antaranya menjelaskan tentang
sikap dan prilaku orang munafik. Pada ayat pertama, Allah mengungkapkan
kebohongan orang-orang munafik yang mengakui kerasulan Muhammad SAW.
Di ayat yang pertama Allah swt berfirman :
إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا
نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ
وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ
Artinya:
“Apabila
orang-orang munfaik dating kepadamu (Muhammad) mereka berkata; “Kami mengakui
bahwa engkau adalah rasul Allah. Dan Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar
rasul-Nya dan Allah menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar
pendusta.”
Ayat
yang kedua:
اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً
فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu
mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Sungguh betapa buruknya
apa yang telah mereka kerjakan.”
Di ayat tersebut menjelaskan perkataan-perkataan sumpah (mereka
adalah orang beriman) dijadikan sebagai perisai oleh orang-orang munafik untuk
mengelabui Rasul dan kaum muslimin pada saat itu. Dan Allah mencerca mereka
dengan perbuatan buruk yang telah mereka lakukan.
Pada ayat berikutnya, dijelaskan bahwa orang-orang munafik itu
telah terkunci hatinya sehingga mereka tidak dapat mengerti dan menerima
kebenaran dari Allah dan Rasul-Nya.
Di ayat yang ke empat, Allah menegaskan bahwa orang-orang munafik
itu adalah musuh yang sebenarnya yang paling berbahaya, dan diancam akan
dibinasakan.
Buruknya lagi, di ayat yang ke lima, ketika Rasul mengajak
orang-orang munafik untuk beriman kemudian mereka akan dimohonkan ampun oleh
Allah swt, mereka malah memalingkan muka mereka dari Rasul.
Selain itu, keburukan orang-orang munafik diceritakan dalam hadis
berikut:
"Diceritakan oleh
Abu Said al-Khudry, bahwa beberapa orang munafik pada masa Rasulullah saw.
selalu tidak ikut serta bila Nabi saw. pergi berperang. Mereka bergembira-ria
dengan ketidakikutsertaan mereka bersama Rasulullah saw. Lalu apabila Nabi saw.
telah kembali, mereka mengemukakan alasan kepada beliau sambil bersumpah dan
berharap mendapatkan pujian dengan apa yang tidak mereka perbuat. Maka turunlah
(ayat 188 surat Ali Imron): Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa
orang-orang yang bergembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka
suka dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamum
menyangka mereka akan lepas dari siksa. (HR Muslim)
Keburukan-keburukan sifat orang-orang munafik itu juga disebutkan
dalam QS. Al-Baqarah ayat 8 sampai 20. Dengan banyaknya Ayat Al-Qur’an maupun
hadis yang menjelaskan tentang bahaya buruk dari munafik, maka perbuatan
tersebut pantas diancam dengan azab neraka dan kekal di dalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar